Banner Iklan

Dosen UMM Tegaskan Peran Strategis Perempuan sebagai Kekuatan di Medan Bencana

Anis Hidayatie
12 Desember 2025 | 09.50 WIB Last Updated 2025-12-12T02:52:11Z


Ir. Iis Siti Aisyah, M.T., Ph.D., dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang terjun langsung sebagai relawan.

MALANG | JATIMSATUNEWS.COM: Peran perempuan kembali menjadi sorotan penting dalam upaya penanganan bencana nasional. Hal itu ditegaskan oleh Ir. Iis Siti Aisyah, M.T., Ph.D., dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yang terjun langsung sebagai relawan pada respons bencana banjir bandang di Sumatera akhir November lalu.

Bencana yang melanda beberapa wilayah di Sumatera tersebut tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik, tetapi juga meninggalkan luka sosial mendalam bagi para penyintas. Di tengah situasi yang berubah cepat dan kabar kehilangan yang datang silih berganti, kontribusi perempuan tampil sebagai kekuatan emosional dan operasional yang signifikan.

Iis, sapaan akrabnya, mengaku naluri keibuannya mendorong dirinya untuk tidak tinggal diam. “Sebagai ibu, hati saya langsung tertegun saat melihat kondisi para penyintas,” ujarnya saat ditemui tim Humas UMM pada 11 Desember 2025. Menurutnya, dorongan untuk membantu muncul dari keinginan melakukan apa pun yang dapat meringankan beban masyarakat terdampak.

Sinergi Tim UMM dan UB dalam respon kebencanaan di Sumatera

Keikutsertaan Iis merupakan bagian dari kolaborasi resmi antara UMM dan Universitas Brawijaya (UB) dalam misi tanggap darurat yang diberangkatkan pada 8 Desember lalu. Tim relawan difokuskan di wilayah Kabupaten Agam, terutama Malalak, Palembayan, dan Maninjau. Dari UMM, terdapat 3 dosen dan 16 mahasiswa Maharesigana yang diterjunkan. Dalam misi kemanusiaan ini, Iis dipercaya menjadi Koordinator Dapur Umum—posisi yang menuntut ketelitian, kemampuan manajemen logistik, serta kepekaan sosial yang tinggi.

Di dapur umum, para relawan perempuan bergerak sigap menyiapkan makanan sekaligus menjaga alur distribusi tetap tertib. Kehadiran mereka juga memberi rasa aman dan perhatian lebih kepada para penyintas, bahkan lewat sapaan singkat saat pembagian makanan. “Kadang orang lupa, perempuan itu bukan hanya bantu masak. Kami juga membaca kebutuhan, menenangkan yang gelisah, dan menjaga semuanya tetap berjalan. Di situ letak kekuatan kami,” ujar Iis.

Ia menegaskan bahwa kontribusi perempuan bukan sekadar pelengkap, tetapi komponen vital dalam kerja kemanusiaan. Menurutnya, perempuan memiliki keunggulan seperti adaptif, teliti, empatik, dan mudah membangun kedekatan emosional—sifat yang sangat berpengaruh terhadap efektivitas tim di lapangan. Sensitivitas perempuan juga memperkuat proses pemulihan sosial, terutama bagi korban yang mengalami trauma.

“Sering kali masyarakat yang mengalami trauma lebih mudah membuka diri kepada perempuan. Hal itu membuat komunikasi serta penanganan psikososial jauh lebih optimal,” jelasnya.

Dosen teknik UMM tersebut juga mengingatkan pentingnya meningkatkan kewaspadaan di daerah rawan bencana. Ia menilai masyarakat perlu membangun budaya kesiapsiagaan, sementara pemerintah harus memperkuat respons dini setiap kali muncul tanda bahaya. “Kita tidak boleh menunggu sampai terlambat. Begitu ada indikasi bahaya, harus ada langkah cepat, terukur, dan jelas,” tegasnya.

Di akhir keterangannya, Iis menyampaikan harapan agar sistem peringatan dini di Indonesia terus diperbaiki dan diperkuat. Menurutnya, teknologi deteksi dini yang lebih akurat akan memberi kesempatan lebih besar bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri.

“Saya berharap tidak ada lagi korban yang jatuh karena telat mendapatkan informasi. Empati, persatuan, dan kemampuan bergerak cepat adalah kunci agar kita bisa bertahan menghadapi bencana serupa di masa depan,” tutupnya. (ANS)



Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dosen UMM Tegaskan Peran Strategis Perempuan sebagai Kekuatan di Medan Bencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now